MalangSatu – Meski masih dalam kondisi pandemi akibat Covid-19, Universitas Brawijaya (UB) tetap produktif dalam menghasilkan profesor baru.
Dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring hari Selasa kemarin (29/06/2021), dijelaskan bahwa UB akan mengukuhkan dua Profesor baru yakni Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, M.S dan Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S.
Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, M.S dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Kimia Analitik yang merupakan profesor aktif ke-24 dari Fakultas MIPA, profesor aktif ke-197 di UB, dan ke-281 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Sedangkan Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Ekologi Tanaman dan merupakan profesor aktif ke-42 dari Fakultas Pertanian, profesor aktif ke-198 di UB dan ke-282 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, M.S
Dalam pengukuhannya, Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, M.S akan menyampaikan pidato ilmiahnya yang berjudul ‘Sensor Elektrokimia untuk Deteksi Residu Pestisida pada Sayur dan Buah’.
Menurut Prof. Dr. Ani Mulyasuryani, penggunaan pestisida secara berlebihan sangatlah tidak tepat namun masih terjadi. Beberapa peneliti bahkan menemukan kadar residu pestisida pada teh komersial sehingga hal tersebut dinilai harus menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan kontrol secara berkelanjutan. Dalam mengatasi hal tersebut diperlukan suatu alat atau metoda untuk mendeteksi kadar pestisida dalam pangan.
“Saat ini sudah ada metode yang direkomendasikan SNI untuk penentuan kadar residu pestisida, namun memerlukan preparasi sampel yang cukup panjang sehingga akan terjadi penumpukan sampel. Selain itu diperlukan seorang operator yang mempunyai kompetensi khusus. Dengan metode elektrokimia, dapat dipertimbangkan sebagai solusi untuk deteksi residu pestisida, karena sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi instrumen yang portable untuk mengontrol keamanan pangan,” ungkap Ani Mulyasuryani.
Sensor elektrokimia dapat diaplikasikan mendeteksi kadar residu pestisida klorpirifos dalam sampel buah-buahan dan sayuran dimana untuk deteksi klorpirifos terdiri dari tiga jenis yakni berbasis enzim yang menggunakan screen printed electrode tunggal dengan sinyal luaran konduktivitas listrik yang berbanding lurus dengan konsentrasi.
“Yang kedua adalah sensor klorpirifos berbasis MMIP menggunakan screen printed electrode dua elektroda yaitu indikator dan refenrensi. Sinyal yang terukur adalah potensial listrik, hubungan kuantitif dengan konsentrasi merupakan persamaan logaritma. Sementara yang ketiga adalah sensor klorpirifos berbasis komposit nanopartikel menggunakan screen printed electrode tiga elektroda yaitu elektroda kerja, referensi dan elektroda counter. Sinyal luaran adalah arus listrik yang berbanding lurus dengan konsentrasi. Batas deteksi sensor klorpirifos lebih kecil dari 1 ppm. Diaplikasikan pada sampel buah-buahan dan sayuran pada kondisi pH kerja yang berbeda,” jelas Ani Mulyasuryani.
Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S
Masih dalam kegiatan yang sama, Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S dalam pengukuhannya akan menyampaikan pidato ilmiahnya dengan judul ‘Strategi Pengelolaan Produksi Tanaman untuk Peningkatan Produktivitas Lahan Salin’.
Menurut Prof. Dr. Ir. Nurul Aini, M.S, salinitas tanah adalah proses meningkatnya kadar garam mudah larut di dalam tanah sehingga mengakibatkan terbentuknya tanah salin dimana salinitas tanah merupakan salah satu ancaman bagi keberlanjutan pertanian hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia.
“Salinitas pada tanah di Indonesia umumnya terjadi di lahan pertanian dekat pantai yang disebabkan oleh intrusi air laut sebagai akibat meningkatnya permukaan air laut karena perubahan iklim. Pencemaran limbah, dan eksploitasi air tanah juga merupakan penyebab terjadinya salinitas tanah. Kebanyakan tanaman yang mengalami cekaman salinitas menunjukkan penurunan pertumbuhan dan hasil karena kadar garam tinggi dan turunnya potensial air tanah sehingga menghambat penyerapan air dan unsur hara oleh akar tanaman,” jelas Nurul Aini.
Dalam kondisi tersebut maka diperlukan upaya peningkatan hasil per satuan luas lahan yaitu dengan meningkatkan Nilai Kesetaraan Lahan (NKL) melalui pengaturan pola tanam yang tepat.
“Agar lahan yang mengalami salinitas dapat dimanfaatkan untuk produksi tanaman dengan hasil tinggi, maka perlu penanganan secara simultan baik dari sisi pendekatan tanaman atau pendekatan modifikasi lingkungan,” ungkap Nurul Aini.
Upaya penanggulangan secara terpadu yang dapat diaplikasikan pada lahan salin meliputi berbagai cara seperti pengembangan varietas tanaman yang relatif toleran yang mampu tumbuh dan berproduksi tinggi pada lahan salin, pemanfaatan bakteri endemik salin yang dapat membantu meningkatkan toleransi tanaman, perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, melalui aplikasi amelioran baik berupa mineral maupun bahan organik, pengaturan pola tanam untuk meningkatkan produktivitas lahan salin per satuan melalui peningkatan nilai NKL. (Red)
Artikel ini telah dimuat di AdaDiMalang