MalangSatu – Meski sempat mengalami cidera di awal-awal pertandingan Mixed Martial Arts (MMA) atau Tarung Bebas Campuran, atlet Jujitsu dari Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yakni Wahyu Tedy Pratama berhasil meraih juara di kelas kelas ringan (lightweight) 70.3 Kilogram Jumat lalu (28/05/2021).
Ajang MMA tahun 2021 yang dilaksanakan di GOR Sasana Krida Probolinggo Jawa Timur tersebut merupakan even perdana bagi Wahyu Tedy Pratama alias Regar untuk merasakan atmosfer pertandingan Tarung Bebas Campuran, mengingat dirinya berasal dari beladiri Jujitsu.
Regar yang berlatih di bawah naungan Lion Killer ITN Malang ini mampu meraih juara setelah mengalahkan Muhammad Rozali yang merupakan atlet tinju dari Pertina Kabupaten Probolinggo.
“Meskipun saya sempat mengalami cidera akibat terkena pukulan telak di bagian jakun di awal pertandingan, akhirnya saya mampu membuat lawan saya tap out atau memberikan tanda menyerah sebelum menit pertama usai,” jelas Regar yang merupakan mahasiswa Teknik Informatika S-1 ITN Malang ini.
Menurut Regar, dalam Tarung Bebas Campuran (MMA) tersebut tidak menggunakan sistem pertandingan seperti pada turnamen pada umumnya.
”Di awal pendaftaran peserta diminta menyerahkan portofolio kejuaraan dan kemenangan yang pernah diikuti, dimana terlihat rata-rata para atlet telah memiliki track record tanding minimal Kejurprov bahkan ada yang kejurnas,” ujar Regar yang masih mengenakan pelindung leher saat ditemui di ruang Humas ITN Malang kemarin, Senin (31/05/2021).
Sebagai syarat mengikuti seleksi, Regar menyertakan portofolio dari lima kali pertandingan dengan kemenangan mutlak dan dua kali kegagalan.
“Melalui portofolio panitia melihat track record peserta dari pertandingan-pertandingan yang pernah diikuti sebelumnya. Memang kalau di pertandingan profesional seperti di MMA tidak ada sistem gugur atau juara. Siapa yang paling kuat itulah yang dicari. Jadi, seperti perebutan puncak rantai makanan,” ungkap pria kelahiran Madiun ini.
Bermain di season ke 10 dan menempati sudut biru, Regar menyelesaikan pertandingan kurang dari satu menit yang menjadi pencapaian luar biasa bagi Regar, mengingat MMA dalam peraturannya memberi kesempatan 3 ronde pertandingan dengan durasi waktu 5 menit untuk setiap rondenya.
Strategi kemenangan Regar sebagai petarung Yuyitsu (Jujitsu) melawan petinju adalah berusaha terus menekan, merapatkan badan agar tidak terpukul dan menggunakan teknik kesa gatame (kuncian pinggang) dan bisa bertahan beberapa detik hingga akhirnya tap out, dengan angka KO.
“Saya tidak ingat lagi bagaimana rasanya terpukul, tetapi saya masih dapat berdiri dan berjuang lagi. Saya sempat melayangkan pukulan, melakukan bantingan dan kuncian hingga mendapatkan kemenangan mutlak. Sangat luar biasa bagi saya, karena sebelumnya tidak ada bayangnya bisa bermain dan menang dalam MMA. Biasanya saya bertarung di zona saya sendiri (Jujitsu). Namun, kali ini keluar zona nyaman dan mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Karena tidak semua orang berani keluar dari zona nyaman,” pungkas Regar yang juga menjabat sebagai Ketua UKM Jujitsu ITN Malang ini.
Dengan kemenangan ini Regar mendapatkan undangan untuk bertanding ke One Pride MMA.
Ajang MMA tahun 2021 di Probolinggo ini dlaksanakan 15 partai dalam Tarung Bebas Campuran kali ini dengan peserta yang berasal dari berbagai cabang seni beladiri seperti Muangthai, kick boxing, tinju, silat dan lain sebagainya dengan mempraktikkan berbagai teknik pertarungan seperti pergumulan, tendangan, pukulan dan kuncian.
Apresiasi Poin Dan Koin dari kampus ITN Malang
Prestasi Regar sebagai juara dalam ajang MMA 2021 di kelas lightweight mendapat apresiasi dari Wakil Rektor III, Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama ITN Malang, Ir. Fourry Handoko, ST,SS,MT,Ph.D,IPU.
“Pada intinya Institusi mensupport setiap mahasiswa ITN Malang yang berprestasi. Apapun bentuk kejuaraannya baik akademik maupun non akademik. Mahasiswa yang mendapatkan juara akan kami (institusi) beri apresiasi baik secara poin dan koin. Apresiasi secara akademik dan materi. Kami bahkan sudah menginformasikan hal tersebut kepada prodi yang ada di ITN. Kami sangat mengapresiasi, apalagi kalau levelnya nasional,” jelas Fourry Handoko. (Red)
Artikel ini telah dimuat di AdaDiMalang